Naskah Drama – Propaganda Anti Korupsi
Jum’at 21 Agustus 2015 merupakan hari terakhir orientasi mahasiswa baru Telkom University. Semua mahasiswa merasa senang dan bangga akhirnya mereka secara resmi menjadi seorang mahasiswa Telkom University dan mulai hari ini mereka mengemban tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa dengan nama mahasiswa.
Nadiem, mahasiswa perantau dari Jakarta yang sederhana namun bersahaja dan tentunya mempesona seperti Anjasmara memulai kehidupan pertamanya sebagai mahasiswa.
Scene 1 : Di depan Gedung TUCH ( 2 menit)
Guntur : “duuh seneng banget ya akhirnya OMB-nya beres. “. Berbicara dengan aksen tiongkok.
Nadiem : “Iya akhirnya kita resmi jadi mahasiswa. Eh supaya pertemanan kita ngga berhenti sampe disini, gimana kalau kita bikin geng aja? Setuju ga?”
Angel, Annas : “ahh bener setuju banget!”
Guntur : “Nama geng nya apa ya kira-kira yang keren ?”
Angel : “Gue ada ide. Biar cetar membahana ulalaa, gimana kalua namanya chiaobellla”. (sambil menjulurkan lidah ala-ala Syahrini).
Nadiem, Annas, Guntur : “WOOOO apaan tuh alay..”
Nadiem : “Gimana kalau kita namain geng kita geng PRIME. Sebagai doa juga supaya kita selalu jadi mahasiswa yang unggul. Gimana?”
Annas, Guntur : “naaah setujuuu!!!. “
Angel : “Iya deh setuju. Yaudah aah, pulang yuk! Gerah nih pengen mandi. Udah lengket banget.”
Semua : “Duuh encess yang lengket kepengen mandi.“ Sambil tertawa.
Annas : “Yaudah yuk pulang.”
Scene 2 : di Kelas ( 3 menit)
Tiba saatnya mereka memasuki hari pertama perkuliahan. Kuliah pertama hari Senin ini diisi oleh seorang dosen senior yang baru kembali dari Suriname.
Dosen : “Se…selamat pagi anak-anak! Ki…kita kenalan dulu ya, ka…karena tak kenal maka tak …….”
Mhs : “Sayaaaaaaaaaang..”
Dosen : “Tak kenal ya maka tak kenal laah. Kalian ini ja…jangan terlalu cepat sayang laah sama orang. Pantesan banyak yang update kena PHP. Yak, perkenalkan na…nama saya Semit”.
Guntur : “Bapak ada sodaraan sama Will Smith?”
Dosen : “Loh ya engga..nama saya itu S E M I T. Panjangannya, Semitro Barbadoosssaa.”
Angel : “Waah bapak sekampung sama Rihana dari Barbados pak?”
Dosen : “Adooh rihanna anak siapa lagi tuh? Ya sudah ya ka…kalian ini seperti orang nyasar ya kebanyakan nanya. Sudah nih, sa…saya mau cerita sedikit yaa, saya ini baru kembali dari Su…su…. (gagap)”
Annas : “Sungai nil pak?”
Dosen : “Bukaan! Su..suriname.”
Nadiem : “Habis menghadiri konferensi internasional ya pak?”
Dosen : “Bukan! Jualan daon! Yaiya laah. Yasudah deh sa…saya tidak jadi cerita. Kalian nanya terus sih. Saya mau je…jelaskan aturan perkuliahan saja ya. Kuliah sama saya ngga boleh telat ya. Ujian tidak usah nyontek nyontek dan ja…jawaban harus jelas dan sesuai dengan apa yang ada di buku. Mengerti ya?”
Mhs : “Mengerti pak!”
Dosen : “Bagus. Oh iya, berhubung sa…saya mau nganterin kucing saya mandi kutu ke dokter jadi perkuliahan dicukupkan sampai di sini. Sebelumnya saya presensi satu-satu dulu ya. Angelina Sodekat? Annas Purbaleunyi? Guntur Putra Petir? Nadiem Makaroni?” Mahasiswa lain diabsen dengan suara seperti klip dipercepat. “Bagus ya hadir semua. Baik kalau begitu, kalian bisa meninggalkan kelas sekarang.”
Scene 3 : di kelas ( 2.5 menit)
Hari demi hari dilalui oleh seluruh mahasiswa. Nadiem dan teman-temannya pun semakin kompak. Tak terasa perjalanan mereka sebagai mahasiswa sudah mendekati Ujian Akhir Semester.
Nadiem : “Ga kerasa ya guys, masa minggu depan kita udah UAS aja.”
Angel : “Eh iya, pada tau ga sih? Gue denger-denger dari senior kalau mata kuliah Pak Semit jawabannya harus persis banget loh kaya yang di buku. Sama persis kaya di slide juga. Kalau ngga sama pasti disalahin dan dikasih poin nol!”
Guntur : “Serius lu njel? Pantesan aja senior yang ngulang ngga ada yang ambil kelas kita.”
Nadiem : “Waah berarti kita harus belajar bener-bener nih. Konsepnya harus ngelotok biar lancar pas ujian.”
Annas : “Kalau konsepnya dapet tapi jawabannya ga sama persis sama aja, Diem.”
Angel : “AHA!! Gue ada edi!” sambil mengangkat telunjuk.
Yang lain : “IDEEEE!!”
Angel : ”Iya ide! Gimana kalau kita kongkalingkong aja sama pengawasnya supaya kita bisa buka buku pas ujian? Gampanglah, nanti kita kasih apel malang aja pengawasnya.”
Annas : ”hmmm setuju aja sih gue.”
Nadiem : ”Gue negative deh. Gue mending dalemin konsep aja. Kalau gue ngerti konsep Pak Semit juga pasti menghargai jawaban gue dong?”
Guntur : “Yaudah terserah lu deh, Diem. Yang penting kita udah kasih tau kalau Pak Semit tuh ga bakal menghargai jawaban kita mau sebagus apapun penjelasannya kalau ga sama kaya di buku.”
Annas : ”Eh bentar, ada whatsapp dari Pak Semit nih.”
Mhs : …………… (menunggu pengumuman dari Annas)
Annas : “Dear para mahasiswa tercinta, maaf sekali saya tidak bisa mengisi perkuliahan hari ini karena ada tugas ke Zimbabwe.” Sambil membaca pesan di HP nya.
(diputar lagu Lean On – Major Lazer & DJ Snake menit 1:48. Para mahasiswa langsung berjoged karena senang. Sampai sekitar 5 detik)
Annas : “Tapi saya sudah tinggalkan tugas. 10 soal. Tulis kembali soalnya. Pakai cara. Kirim via email. Saya tunggu sampai jam lima sore ini. Sekian, terima kasih.” Annas melanjutkan membacakan pesan Pak Semit.
(diputar lagu sadis – afgan)
Scene 4 : di ruang ujian ( 1 menit)
Tibalah saat Ujian Akhir Semester. Guntur, Annas dan Angelina sudah mempersiapkan strategi menyontek. Pengawas sudah diiming-imingi apel malang oleh Angelina. Namun Nadiem tetap pada prinsipnya. Ia mempersiapkan dirinya semalam suntuk memperdalam konsep mata kuliah ini. Ia percaya jika ia memiliki dasar yang kuat maka Pak Semit akan menghargai jawabannya. (adegan ujian dilakukan tanpa dialog dengan narator tetap membacakan narasi).
Pengawas : “Yap waktu sudah habis. Silahkan lembar jawaban di tinggal di atas meja masing masing dan kalian bisa meninggalkan ruang ujian.”
Scene 5 : di lorong kampus ( 2 menit)
Angel : ”Guys… gimana hasil ujian kalian?” Berlari kecil menghampiri Guntur, Annas dan Nadiem.
Nadiem : ”Lah emang udah keluar?”
Angel : “Udah kok. Coba liat aja di tante Grace.”
(mereka semua melihat gadget masing-masing dan mengakses Igracias)
Angel : ”Gimana dapet apa lo Tur, Nas, Diem ?”
Guntur : ”Yeeeay mayan laah AB meen.”
Annas : ”AB juga nih. Lo, Njel?”
Angel : ”A dong gue. Huuu keren kan. Lo gimana, Diem? Udah kebuka belum tante Grace nya?”
Nadiem : ”Kok gue dapet C ya? Padahal gue yakin banget jawaban gue tuh sesuai konsepnya dan bener.” Dengan wajah kecewa dan termenung.
Yang lain : ”YA AMPUUUN.”
Angel : ”Yah Nadiem. Kan udah kita bilangan …” (lalu dipotong oleh teman temannya)
Yang lain : ”BILANGIIN!!”
Angel : ”Iya, salah dikit doang. Kan udah kita bilangin buat ikutan liat buku. Lo ga percaya sih, Diem.”
Nadiem : ”Gue mau menghadap Pak Semit deh. Gue mau coba komlplain sama nilai gue”
Annas : ”Yaudah lo coba sekarang menghadap beliau dulu deh. Siapa tau jadi jelas kenapa hasilnya bisa begini.”
Nadiem : “Yaudah gue duluan yaa.. “. Nadiem bergegas pergi untuk menemui Pak Semit
Scene 6 : di ruangan Pak Semit ( 1 Menit, 30 detik)
Nadiem : mengetok pintu dan memberi salam. ”Siang, Pak.”
Dosen : ”Ya silahkan. Ada apa?”
Nadiem : “Mohon maaf Pak sebelumnya. Saya mau tanya perihal nilai akhir saya, kenapa bisa C ya pak? Padahal saya yakin konsepnya sudah benar kok pak.”
Dosen : “Coba kamu buka penjelasan yang di buku. Bandingin sama jawaban kamu. Sama ngga?” Sambil memberi sebuah buku pada Nadiem.
Nadiem : (sambil mencocokkan) “Ng….beda sih pak.”
Dosen : “Ya sudah berarti jawaban kamu salah dong.”
Nadiem : “Tapi intinya kan sama pak. Ya…seharusnya bapak juga bisa menghargai jawaban saya dong pak, saya bisa menjelaskan kembali dengan bahasa saya sendiri, tidak mencaplok langsung dari buku seperti yang bapak ajarkan.”
Dosen : “Sekarang dosennya siapa? Saya atau kamu?”
Nadiem : “Bapak, pak….”
Dosen : “Nah kan. Ya sudahlah, kamu ini ganggu saya sedang me time saja.” Lalu melanjutkan kegiatannya yang sedang memotong kuku.
Nadiem : “yasudah , terimakasih, Pak. Maaf mengganggu. Saya permisi.” Nadiem keluar dari ruangan Pak Semit.
Usaha Nadiem mendatangi Pak Semit tidak membuahkan hasil. Pak Semit tidak menyadari bahwa dengan prinsipnya yang seperti itu justru akan membuat mahasiswa merasa tidak mendapat penghargaan atau apresiasi atas hasil kerjanya sendiri, sehingga memaksa mahasiswa untuk melakukan kecurangan.
Scene 7 : di kantin (1 menit 3o detik)
Ujian untuk Nadiem belum berhenti sampai di situ. Beberapa semester setelahnya lagi-lagi Pak Semit mengajar di kelas Nadiem. Sudah dapat ditebak, lagi-lagi Nadiem juga mendapat nilai C dari Pak Semit karena prinsipnya yang tidak mau berbuat curang.
Nadiem : “Duh…C lagi. Masa 4 mata kuliah dapet dosennya Pak Semit, empat-empatnya dapet C. salah apa gue sama beliau…”
Annas : “Kan udah dibilangin. Lo ga belajar dari kesalahan yang udah udah sih.”
Nadiem : “Men, gue percaya ya kalau dari sekarang udah ngga jujur gimana nanti ke depannya. Dan gue termasuk yang percaya proses itu yang lebih penting.”
Guntur : “Kita bukannya ngga mau jujur Diem, tapi sistemnya aja yang memaksa kita untuk ngga jujur.”
Angel : “Lagian ya Diem, nilai itu kan tanggung jawab kita sama orang tua. Kalau nilai kita jelek, kita ngga bisa nyenengin orang tua dong.”
Nadiem : “Gue yakin orang tua juga ngga bakal seneng kalau tau nilai bagusnya didapetin dengan cara yang ngga bener.” sambil mengambil gorangan dan ingin menyuapkannya ke mulutnya.
Annas : merebut gorengan Nadiem, “Ya jangan sampe tau.” Mengedipkan sebelah mata, lalu pergi meninggalkan teman-temannya. Teman-teman yang lain mengikuti Annas ke kelas.
Scene 8 : kantor jasa pembuatan skripsi ( 45 detik)
Perjalanan mereka sebagai mahasiswa terus berlanjut hingga tak terasa masa Tugas Akhir pun tiba. Proyek Tugas Akhir yang harusnya menjadi karya terakhir mereka di kampus tercinta malah menjadi proyek bayaran untuk para joki penjual jasa pembuatan skripsi. Berbuat kecurangan dan merasa nyaman dalam meraih sesuatu tanpa perjuangan sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan bagi ketiga mahasiswa ini. Teman-teman seperjuangan Nadiem dalam geng PRIME lulus dengan mulus. Mereka lulus dengan IPK yang bagus. Sementara Nadiem lulus dengan IPK yang angka tiga pun tidak diraihnya. (adegan Angel, Annas, dan Guntur mendatangi jasa pembuatan skripsi dan memberikan sejumlah uang. Tidak ada dialog dalam scene ini hanya adegan saja diiringi narasi oleh narrator.
Scene 9 : Kantor ( 2 menit )
Setelah hari kelulusan, ke empat sahabat itu tak lagi sering bertemu satu sama lain. Nadiem disibukan dengan usaha melamar pekerjaan kesana kemari dan masih belum mendapatkan keberuntungannya. Nilai pas-pasan yang dikantonginya selepas lulus kuliah tak mampu mengantarkannya menduduki satu posisipun di perusahaan yang dituju.
(Nadiem duduk di antara beberapa orang yang juga ingin melamar pekerjaan di depan ruang HRD. Nadiem duduk dengan gelisah menunggu giliran dengan memegang map. Sebelum nama nadiem dipanggil petugas HRD selesai memeriksa kelengkapan berkas calon pegawai sebelumnya. Baru memanggil nama Nadiem)
HRD : “Nadiem Makaroni!”. Memanggil nama Nadiem.
(Nadiem berjalan menghampiri sumber suara)
Nadiem : “Siang, Mbak.” Lalu duduk di depan meja petugas HRD
HRD : “Bisa saya lihat kelengkapan berkasnya mas?”
Nadiem : “ Ini, Mbak.” Memberikan map yang dibawanya.
HRD : Memeriksa berkas berkas di map Nadiem. “Ini transkrip nilainya ya? Maaf mas ini standar nilainya belum bisa lolos syarat administrasi. Kami menerima IPK minimal 3.25 sebagai syarat administrasi nya, Mas”. (menyerahkan kembali map dan isinya kepada Nadiem)
Nadiem : “Ng…tapi tolong dilihat dulu di CV saya mbak. Ada beberapa pelatihan dan sertifikasi yang saya sudah saya ikuti. Apakah tidak bisa lanjut ke tahap tes tulis dan wawancara, Mbak? Saya rasa saya cukup punya skill yang baik di bidang ini.”
HRD : “Iya, Mas. Tapi maaf, syarat administrasinya belum bisa dipenuhi. Mungkin bisa kembali lain waktu ya, mas.“
Nadiem : (menghela nafas) “hmmmh .. yasudah, Mbak. Terima kasih, permisi.“ (pergi meninggalkan ruangan).
Scene 10 : di halte Bus ( 10 Menit)
Usaha Nadiem melamar pekerjaan hari ini pun lagi-lagi belum membuahkan hasil. Nadiem pulang dengan hati yang kecewa. Ia hampir putus asa dengan keadaan yang dialaminya saat ini. Saat ia duduk di halte bus ia teringat sahabat-sahabatnya dulu, Angel, Guntur, dan Annas. Mungkin saat ini teman-temannya sudah menduduki posisi tertentu di suatu perusahaan. Ia pun menelepon Guntur.
Nadiem : “Hallo, Tur. Apa kabar? Kangen banget gue sama lo. Sama anak-anak juga. “
Guntur : “Hallo, Diem. Waaah kemana aja lo? Baik kabar gue, Diem. Lo gimana? Kerja dimana sekarang?”
Nadiem : ”Gue baik. Eh agak kurang baik sih. Itu dia, Tur. Sampe sekarang gue belum dapet kerjaan nih. IPK gue ga cukup bahkan cuman buat syarat administrasi aja. Udah hampir putus asa gue rasanya, Tur”
Guntur : “ waaah sabar ya, Diem. Mungkin belum rejeki. Nanti pasti ada kerjaan yang pas buat lo deh.”
Nadiem : “ Lo pasti lagi sibuk kerja di kantor ya, Tur?”
Guntur : “Ng…I…iya nih lagi sibuk banget di kantor. Kerjaan gue banyak banget yang belum beres. Banyak dokumen kerja sama yang harus gue review lagi.” Tiba-tiba Guntur berjalan lewat di depan Nadiem dengan setelan kaos, celana pendek dan topi sambil membawa kardus obat.
Nadiem : “Lah, Tur!” Berdiri dan menepuk pundak Guntur. “Lah begimane? Katanya sibuk kerja di kantor?”
Guntur : Kaget karena ditepok Nadiem. “i..ii..iya nih, ini sibuk juga kan. Hehehe” sambil garuk-garuk kepala.
Nadiem : ”Review kerja sama apaan begini bentukannya? Ini mah kaya kang obat.”
Guntur : “Laah kok lu tau, Diem?”
Nadiem : “Lah lu beneran tukang obat?”
Guntur : “Emmmm… emmm” sambil tengok kanan-kiri. “hehe kita ngobrol nya sambil duduk deh ya?” lalu Guntur duduk bersama Nadiem. “hehe iya, Diem. Sebenernya gue emang kerja jadi tukang obat di toko obat bokap gue. Abis gue ngelamar kerja sana sini juga gagal terus.
Nadiem : “Loh kok bisa? Kan IPK lu bagus. Masa sih ga dapet kerjaan?”
Guntur : “ yaah itu dia. Lo kan tau sendiri gue sama temen-temen yang lain cuman ngejar nilai aja. Itu juga pake cara yang ga bener. Gue ga punya skill apa-apa, Diem. Sesi wawancara gue gagal semua.”
Nadiem : “Oh gitu ceritanya. Ya ampuun. Kalau Annas sama Angel gimana ya?”
Guntur : “Eh gue denger-denger Angel jadi bintang iklan. Coba telepon aja yuk?”
(Nadiem dan Guntur menelepon Angel dan di load Speaker, ada nada ring back tone lagu Sambalado – Ayu Ting-ting)
Angel : “Hello, its me. Who’s speaking?”
Nadiem : “Dih gaya banget lu njel, mentang-mentang udah jadi bintang iklan. Nadiem nih Nadiem.”
Guntur : “Hallo njel. Ada Guntur juga niiihhh. Btw, selain jadi bintang iklan lo merangkap jadi biduan pantura juga? RBT lo mantep bener.”
Angel : “Eeh ada Guntur. Hehehe ini kan lagi nge hits, Tur. Eh, kalian kok bisa barengan gini? Dimana nih ? Kok tumben? Apa kabar?”
Nadiem : “Baik, iya kita kebetulan ketemu di jalan. Terus kangen deh makanya telepon. Sombong banget lo njel, mentang-mentang udah jadi bintang iklan.”
Angel : “Hehe iya nih lagi sibuk ngiklaan.”
Guntur : “Wah keren keren. Lagi iklan apa nih njel yang mau lo bintangin?”
Angel : ”Ng…itu…iklan abu gosok. Hehehe itu juga abu gosok kerjaannya ibu-ibu PKK di kelurahan gue, Tur. Ah udah deh ga usah ngomongin kerjaan gue, lo sendiri pada gimana?”
Guntur : “Yeee untung kaga jadi model iklan buku yasin lu njel.”
Nadiem : “Iya nih njel. Gue sama Guntur ….” Angel memotong pembicaraan Nadiem.
Angel : “Iya gue udah tau kok. Udah lo jangan kepanjangan cerita entar drama lo durasinya abis. Mending langsung telpon Annas.”
(Nadiem dan Guntur saling berpandangan)
Guntur : “Ya…yaudah deh kita telfon Annas… dah Angel”
Angel : “Daaaah …” . (Telepon ditutup)
Nadiem : “Kita telefon Annas ya?”. Guntur mengangguk. Lalu Nadiem menelepon Annas.
Annas : “Hallo…”
Guntur , Nadiem : “Hallo, Naaas!!”
Guntur : “Nas, apa kabar lo? Ini gue Guntur. Kebetulan lagi ketemu Nadiem di jalan.”
Annas : “Hai, Tur. Kabar gue baik ko. Btw kalian doain gue ya. Gue lagi nyaleg nih buat dapil Jember.”
Nadiem : “Wah keren juga lu. Awas, jangan sampe korupsi lu ya jadi anggota DPR!”
Annas : “Enggaa. Gue berani digantung di monas deh kalau gue sampe ketauan korupsi.”
Nadiem : “Wiihh serem juga lu.”
Annas : “Hahaha ya jangan ampe ketauan laaah … yaudah deh gue lagi di tempat sablon baju partai nih rame banget. Ntaran lagi ya gue telepon. Dadaaah”
Nadiem, Guntur : “Dadaaaaah.”
Guntur : “Keren-keren ya temen-temen kita. Meskipun agak nanggung juga sih. Eh, Diem, gue duluan yah. Gue mau nganter obat ke tokonya Baba Liong nih. Udah mau ujan juga lagian. Lo ati-ati ya Diem. Sampe ketemu lagi.”
Nadiem : “OK deeh. Lo juga ati-ati yaah. Salam buat bokap ama nyokap.” Melambaikan tangan ke Guntur.
Ternyata nasib sahabat Nadiem tidak seindah yang dibayangkan. Nilai bagus yang mereka dapatkan dengan cara yang tidak baik ternyata tidak bisa memberikan masa depan yang indah. Lalu bagaimana dengan Nadiem yang tetap memegang teguh prinsipnya?
Akhirnya hujan turun dengan derasnya. Nadiem pun terjebak di halte bus. Eeh tapi ada mas-mas tuh lewat… siapa ya lelaki itu…
(pria datang dan berdiri di samping Nadiem. Nadiem melihat kearah pria tersebut)
Nadiem : “Lepek banget bang kaya jemuran belom kering.”
Lelaki : “Lah sembarangan lo kalo ngomong tong. Lo kaga liat ni ujan aer? Kalao ujan duit kaga lepek gue, tapi kaya.”
Nadiem : “Duile bang galak bener kaya Pak Ahok.”
Lelaki : “Iye nih gue kesel banget. Coba musim ujan gini ada ojek payung yang bisa gue akses setiap saat kaya gojek. Pan kaga keujanan nih gue. Pan enak tuh dari kantor mau ke halte ada yang mayungin. Ye pan?? Tong?”
(Nadiem melamun sambil senyum-senyum gaya menemukan ide)
Lelaki : “WOY TONG!! Lah ner-bener lu yak. Gue ajak ngomong malah bengong!”
Nadiem : “Maaf-maaf bang. Btw makasih banget nih bang makasiiiiiiiii banget. Your my isnpiresyen.” Sambil menjabat tangan pria tersebut.
Lelaki : “Lah ngapa nih anak?”
(Nadiem bergegas pergi dari halte meninggalkan pria tersebut)
Lelaki : “Anak jaman sekarang suka kaga jelas emang. Korban sinetron anak jalanan dah. Bukannya pamit kek mau pulang, die langsung ngeloyor aje. Padahal pan ujan. Lupa kali dia ini ceritanya masih ujan.”
Berawal dari perbincangan dengan seorang pria di halte, Nadiem menemukan inspirasi untuk berwirausaha. Kira-kira usaha apa ya yang didirikan Nadiem?
(Nadiem masuk ke atas panggung sambil membawa payung bertuliskan GoPay. Sambil ada beberapa oraang sebagai wartawan memotret Nadiem sedang konferensi pers peluncuran GoPay. (Tidak ada dialog, hanya adegan diiringi narasi dari narrator)
Ternyata Nadiem mendirikan perusahaan yang dinamakannya GoPay, yang merupakan Ojek Payung berbasis Aplikasi. Usahanya semakin berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan sekarang Nadiem melebarkan sayapnya sampai jauh sekali……..hanya satu kota saja yang belum bisa ia sambangi. Bekasi. Yah…mungkin terlampau jauh ya Diem? Walaupun ia tidak menjadi lulusan dengan IPK tinggi, tidak berhasil menjadi pegawai kantoran, namun kemampuannya dalam berwirausaha dan prinsip yang selalu dipegang teguh membawanya sampai ke titik ini.
Penonton, percayalah, Tuhan selalu bersama orang-orang yang jujur dan bekerja keras.
( di layar diputar foto-foto bukti kesuksesan nadiem)